ROTASI
Aku masih terdiam melayangkan segala pikiran yang di dalamnya
hanya ada senyum manis yang di lengkapi oleh lesung pipi di sebelah kiri. Sosok
yang mampu membuatku menjalani hari tanpa penuh keraguan serta melangkah untuk
membangun apa yang ingin aku capai di kemudian. Cantik, ramah, begitu sopan dan
pemalu. Iya, kaulah itu.
Lalu semakin hari aku semakin bertambah mencintaimu, setiap
hari merindukanmu. Maaf jika cintaku berlebihan sebab kau lah yang menjadi
satu-satunya alasan. Dering notifikasi yang selalu aku nanti adalah sebuah
alunan bunyi yang begitu menenangkan hati. Apa lagi ditambah emoticon cinta
yang membuatku tersenyum-senyum sendiri. Iya, sebahagia itu jatuh cinta.
Bulan yang bersinar ikut cemburu atas indahnya lukisan tuhan
yang menyerupa wajahmu. Tak perlu ditambah apapun, bahkan bibirmu sudah merah
tanpa perlu ada yang ditambah, pipimu sudah cukup sempurna dengan lubang yang
muncul berbarengan dengan lengkungan indah yang diberi nama senyuman, tidak
terlalu tinggi namun begitu menggemaskan. Iya, kau sempurna.
Kemudian dengan bangganya kau ku perkenalkan pada orang-orang
sebagi satu-satunya yang aku banggakan. Decak kagum tak boleh aku rasakan
sendiri, orang-orang harus tau bahwa kini disampingku ada bidadari. Iya,
aku bangga.
Semua yang menjadi debu di masa lalu tersapu bersih semenjak
hadirnya dirimu. Membuang segala pahit yang terkenang, memungut bahagia yang
dulu terbuang. Manisnya waktu sudah aku kecap satu persatu bersamamu;
berboncengan kemanapun, memasak makanan, bahkan hal-hal yang sebelumnya belum
pernah aku rasakan. Iya, aku senang.
Memahami waktu tak pernah berhenti berjalan layaknya bumi
yang terus berputar, kini sikapmu juga mengikuti alunannya. Aku bukan lagi
sosok yang pertama kali kau hubungi di setiap pagi. Kau tak pernah peduli
kemana aku pergi. Bahkan, ketakutan untuk kehilanganku mungkin sudah memudar.
Iya, kau berubah.
Aku kembali melangkah perlahan tanpa tujuan sebab kau sudah
berbeda haluan. Entah jalan mana yang sekarang kau pilih, aku masih ingin
menjadi satu-satunya yang menemani langkahmu. Jika aku tertinggal dan langkahmu
sudah tidak berbarengan dengan langkahku, aku akan memutar balik membiarkan
semua bahagia menjadi yang paling mencekik. Iya, aku berhenti.
Pada setiap malam aku memohon agar aku dipertemukan lagi
denganmu diujung jalan. Jujur, melangkah sendiri tanpamu tak mampu membuatku
semangat seperti dahulu. Di balik semua tawa bahagia luka adalah balasan
terindah diujungnya. Kau tak pernah bergeming, kau hanya diam dengan mengira
aku akan baik-baik saja. Perihal rasa bukan untuk dicoba kemudian dibuang, ia
perlu dinikmati hingga akhirnya ia hilang sendiri. Iya, kau berotasi.
Tentang sikapmu yang tiba-tiba berubah, aku masih
menghambur-hamburkan ribuan tanya.
Mengapa bisa? Tanpa ada yang mampu menerjemahkan rasamu padaku, kini biar
aku kembali menyimpan rasa kagum itu sendiri. Mungkin kau layak mendapatkan
yang sepadan, bukan aku yang tak memiliki wajah tampan. Kini aku sendiri,
mencoba menerjemahkan apa yang terjadi dengan kita kemarin dan sekarang.
Jika
kekal bersamamu adalah mimpi, aku rela tak terbangun dari tidurku. Namun
kenyataan begitu pahit, waktu begitu kejam, bahagia bergitu tajam hingga pada
akhirnya aku harus tenggelam. Iya, bahagiaku demikian, patah hatiku yang
kesekian.
Komentar
Posting Komentar