Lamunan
Perihal hari yang sudah semakin banyak berganti, aku
ingin meminta maaf atas lamunanku yang masih saja memikirkanmu. Mungkin aku belum
sanggup atau mungkin aku hanya terdiam mengatas namakan cinta yang masih
bersemayam dengan dalam. Memandangi
wajahmu yang tertera di sudut kamar tidurku membuatku semakin mengagumimu. Kau
menatap kamera, melebarkan senyuman namun tanpa sedikit membuka harapan untukku
yang ada disampingmu. Mungkin aku yang tak pernah sadar bahwa sedikit saja
tentangku tak pernah kau jadikan lamunan.
Hingga malam menghampiri lalu cahaya bulan mengunjungiku kembali, menyapaku dibalik jendela dengan cahayanya yang masih saja tak mampu menandingi senyumanmu. Raga sudah ingin mengistirahatkan segalanya setelah seharian beraktifitas. Namun, pikiranku masih saja tentang senyumanmu. Sesekali kau menatapku yang tengah terpaku, cemberutmu apa lagi, itu lucu sekali. Barangkali masih ada hari demi hari yang masih bisa kita lalui dan tanpa kesengajaan kita bergenggaman, maka disitulah lamunanku telah menjadi kenyataan.
Saat aku sudah terlelap pun kau masih hadir, di
mimpiku. Lengkap sudah tentangmu di hidupku. Hanya saja itu berupa lamunan,
hayalan, harapan dan mimpi yang tak kunjung jadi kenyataan. Menyedihkan.
Lantas sampai kapan? Tangan yang tak pernah
digenggam, raga yang menginginkan pelukan, hati yang ingin dihiasi dan hidup
yang ingin diisi dengan segala sayup-sayup suara pasangan. Jika masih saja
menjadikanmu satu-satunya keinginan sudah jelas aku akan memetik kekecewaan.
Mendengar bahwa kau sudah berpasangan yang sudah pasti mungkin akan melangkah
ke jenjang pernikahan.
Memahami setiap benih luka yang kian tumbuh, aku mencoba mengehentikan segalanya. Menyadari bahwa hidup adalah terus kedepan dan tak pernah mundur kebelakang. Sesekalinya aku berhenti melakukan itu rasanya sangat amat takut untuk membuka hati pada yang baru. Membiarkan luka demi luka tumbuh, menyirami dengan ikhlas, hingga akhirnya air mata mengucur dengan deras. Ragamu bukan miliknya seutuhnya, namun sudah jelas hatimu bertautan rasa cinta. Ragaku hanya memelas, namun hatiku harus dinaungi rasa ikhlas.
Komentar
Posting Komentar