Terkenang Dalam Kening
Bulir air mata ikut membasahi pipi kala aku
mengingat segala mimpi. Semua penyebab kita bahagia kini telah tiada, berganti
luka peremuk dada. Tentang keputusanmu yang begitu menyayat perasaan menjadikan
semua bahagia habis tanpa tersisa.
Bukankah ada jutaan mimpi yang sudah kita
rencanakan? Lantas, kenapa kau putuskan untuk mewujudkannya bersama orang lain?
Bagaimana mimpi ini? Bagaimana segala bahagia kita? Kau hanya menjawab semua
tiada artinya.
Hari terus berjalan namun menolak lupa segala
kenangan. Aku tebarkan benih-benih rindu di tiap jalan yang pernah kita tuju.
Dengan harap nanti jika kau melewatinya kau dapat memetiknya satu persatu.
Tujuanku masih sama; Merangkul segala bahagia bersamamu.
Diiringi putaran jarum jam yang tak henti, air mata
kembali membasahi pipi. Kembali mengingat segala yang pernah kita tuang dalam
keinginan kita saat bersama.
Beberapa bunga mulai mekar mewakili indahnya janjimu
yang hanya berujung ingkar. Harapan yang menyiraminya, rasa keyakinanku tumbuh
perlahan tanpa keraguan. Memapah segala mimpi yang nyatanya selama ini hanya
aku yang mewujudkannya sendiri. Menyedihkan.
Hujan membilas segala kenangan menjadi genangan.
Dinginnya menelusup masuk tanpa perizinan, memaksa tubuh menarik selimut namun
tak ada lagi yang bisa mengalahkan hangatnya pelukmu malam itu.
Semerbak harum tubuhmu yang menambah suasana
bertambah hanyut dalam cinta yang menjadikannya selimut. Sekarang selimut itu
pergi, meninggalkan tubuh yang sejatinya rapuh.
Pikiranku memberontak tentang pelukmu yang kini
bukan milikku, memaksa hati agar tenang namun hanya air mata yang berlinang.
Begitu beratnya rasa kehilangan.
Resah merobek tanpa mengeluarkan darah, akal mencoba
menjahit segala yang punah namun hati menolak untuk melangkah. Dirimu
bahagiaku, hati menolak melupakanmu.
Kini merawat hati yang hancur ditinggal pergi adalah
rutinitas setiap hari. Bebarapa hati coba datang menghampiri, semuanya tertolak
dan ternyata masih mendambamu hati ini.
Semua sebab berpegang teguh pada satu cinta dan
segala mimpi. Namun kenyataan mengelak, semua hilang dan yang tersisa hanyalah
kenangan. Menyakitkan.
Lalu angin kembali berhembus, aku menitip segala
kenang yang tersimpan dalam kening untuk sampai ke hatimu yang sudah asing.
Walau hanya berupa oksigen lalu mengendap dalam dada, paling tidak segalanya
masih bisa kau rasa.
Sebab
cintaku masih mengabadi, kembalimu tak pernah aku lewatkan walau hanya sebatas
mimpi.
Puitis, bagus, keren. Semua orang harus baca. Semangat
BalasHapusTerimakasih kak aisyah
Hapus